
BRMP Sulawesi Barat Kenalkan Teknologi Kompos Ramah Lingkungan
MAMUJU-Tanaman nilam tengah menjadi primadona baru di kalangan petani Sulawesi Barat, seiring meningkatnya permintaan pasar terhadap minyak atsiri yang dihasilkan dari daun dan rantingnya. Namun, di balik potensi ekonomi tersebut, terdapat persoalan limbah hasil penyulingan yang kerap terabaikan. Menjawab tantangan itu, Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Sulawesi Barat menghadirkan solusi inovatif melalui pemanfaatan limbah nilam menjadi pupuk kompos.
Kamis (17/7), BRMP Sulbar menggelar praktik lapangan bersama mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari Universitas Sulawesi Barat dan Universitas Al Asyariah Mandar dengan fokus pada teknik pembuatan pupuk kompos berbahan dasar limbah penyulingan nilam. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Tenaga Teknis BRMP Sulbar Muhammad Yusuf bersama tim, sebagai bentuk nyata transfer pengetahuan sekaligus upaya pengurangan limbah organik yang mencemari lingkungan.
Proses pembuatan kompos dilakukan dengan metode pelapisan. Limbah nilam yang telah dikeringkan dan dicacah dipadatkan di atas terpal, lalu disiram larutan promi—aktivator biologis yang mengandung mikroorganisme pengurai seperti Trichoderma harzianum DT38, T. pseudokoningii, Aspergillus sp., dan fungi pelapuk putih. Lapisan berikutnya ditambahkan cacahan batang pisang sebagai bahan organik pelengkap, lalu kembali disiram promi. Proses ini diulang secara berlapis sesuai kebutuhan, lalu ditutup rapat dan difermentasi selama 2 hingga 4 minggu.
Kelebihan penggunaan promi adalah efektivitasnya dalam mempercepat pelapukan tanpa perlu proses pembalikan bahan secara berkala, berbeda dengan metode kompos konvensional yang lebih memakan tenaga dan waktu. Selain ramah lingkungan, pupuk hasil fermentasi ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan berpotensi menjadi produk usaha tani baru bagi masyarakat lokal.
Melalui kegiatan ini, BRMP Sulbar tak hanya memberikan solusi teknis pengelolaan limbah, tetapi juga menanamkan semangat inovasi kepada generasi muda. “Kami berharap mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dalam pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah masing-masing,” ujar Muhammad Yusuf dalam sesi penutupan pelatihan.
Inisiatif ini menjadi langkah konkret dalam mendukung pertanian ramah lingkungan sekaligus memperluas peluang ekonomi berbasis sumber daya lokal dari limbah menjadi berkah.