
BRMP Sulbar Dorong Percepatan LTT Padi Gogo Melalui Monev Strategis di Mamuju
BRMP Sulbar Dorong Percepatan LTT Padi Gogo Melalui Monev Strategis di Mamuju
Mamuju, 31 Juli 2025 – Upaya mendorong percepatan Luas Tambah Tanam (LTT) padi gogo di Provinsi Sulawesi Barat terus digalakkan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang dipimpin langsung oleh Kepala BRMP Sulbar, Repelita Kallo. Rapat dilaksanakan di Kantor Desa Mappu, Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju dengan kehadiran berbagai pemangku kepentingan lintas sektor, termasuk Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Perkebunan, dan Dinas TPHP dari tingkat provinsi hingga kabupaten.
Rangkaian monev difokuskan pada evaluasi progres tanam, sinkronisasi data antara target dan realisasi, serta penyusunan strategi tanam berbasis teknologi. Upaya ini diselaraskan dengan karakteristik lahan serta budaya bertani masyarakat lokal. Penekanan pada pendekatan adaptif menjadi fondasi untuk menjawab tantangan alih fungsi lahan yang berdampak pada menurunnya luas sawah produktif.
Kabid Pangan DTPHP Mamuju, Mahyuddin, memaparkan bahwa penurunan luas sawah akibat alih fungsi lahan menjadi tantangan besar dalam mencapai target LTT tahun 2025 di Mamuju yang mencapai 23.040 ha. Luas baku sawah (LBS) Kab. Mamuju tahun 2024 tercatat seluas 9.319,41 ha, namun berdasarkan hasil pemetaan mengalami penurunan signifikan menjadi sekitar 6.000 ha. “Tantangan ini membutuhkan inovasi dan strategi perluasan tanam. Program PAT (Perluasan Areal Tanam) padi gogo menjadi peluang besar untuk mengejar target dan mendukung program swasembada pangan nasional,” ungkap Mahyuddin.
Staf Bidang Pangan DTPHPH Provinsi Sulbar, Bustamin, menguraikan bahwa Kabupaten Mamuju memiliki target LTT padi gogo sebesar 909 ha. Rinciannya, Kecamatan Bonehau mencakup 85 ha dan Kalumpang 120 ha dengan dukungan dari 15 kelompok tani. Ketepatan pelaporan realisasi dan sinergi lintas instansi menjadi penentu keberhasilan program ini.
Diseminasi teknologi metode budidaya padi gogo khusus untuk lahan kering oleh Marthen P. Sirappa turut menjadi rangkaian kegiatan monev. Penekanan diarahkan pada penggunaan varietas tahan kekeringan, pemanfaatan herbisida untuk pengendalian gulma, serta strategi efisiensi air. Materi ini dirancang untuk meningkatkan daya adaptasi dan produktivitas petani dalam menghadapi kondisi ekstrem.
Kepala BRMP Sulbar, Repelita Kallo, menegaskan bahwa program modernisasi pertanian tidak cukup hanya berpatokan pada angka target semata. Pendekatan berbasis data dan teknologi yang berpijak pada realita lokal dianggap krusial. BRMP Sulbar hadir sebagai mitra petani untuk diseminasi teknologi, validasi data, serta pendampingan lapangan demi tercapainya swasembada pangan yang berkelanjutan.
Rapat ditutup dengan penyusunan rencana tindak lanjut, koordinasi pelaporan LTT, serta penguatan peran penyuluh pertanian. Hasil kesepakatan menyebutkan bahwa pelaksanaan tanam pada Agustus–September hanya mampu mencakup 65 ha dari total target 290 ha di Bonehau dan Kalumpang. Sisa lahan akan ditanami pada Oktober mengikuti kearifan lokal dan kondisi cuaca.
Penjadwalan tanam serentak yang mempertimbangkan tradisi masyarakat serta potensi gangguan hama menjadi indikator penting dalam realisasi LTT. BRMP Sulbar bersama stakeholder menyiapkan pendampingan dan teknologi pendukung agar padi gogo tetap tumbuh optimal di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya(KA).